Ups... tapi jangan salah, walaupun ia menghendaki emansipasi wanita tapi bukan emansipasi wanita yang keblablasan. Ia juga menjadi seorang ibu rumah tangga yang selalu siap sedia melayani suami dalam berbagai hal. Siap untuk diajak diskusi tentang masalah yang dihadapi suaminya ataupun masalah lain.
Tahun-tahun belakangan ini, ide Kartini tentang emansipasi wanita sering kita salah artikan. Emansipasi yang dimaksud bukan persamaan wanita dengan pria lalu menjadikan pemikiran bahwa laki-laki dan perempuan itu tidak ada bedanya. Tetap ada bedanya, di mana kewajiban dan hak yang ditanggung oleh kedua jenis manusia ini tetap berbeda.
Ketika seorang Kartini telah menikah dengan seorang Kartono, maka kewajiban Kartono adalah merupakan hak dari Kartini dan kewajiban Kartini adalah hak dari Kartono. Jadi, kalau hak dan kewajibannya sama trus bagaimana??? capek dech....
Kartini tidak mengisyaratkan bahwa persamaan wanita dan pria (emansipasi) menjadikan wanita harus masuk ke dunia kerja (jadi wanita carrier). Justru jikalau wanita masuk ke dunia kerja tanpa memperhatikan kewajibannya sebagai seorang wanita (jika sudah ibu rumah tangga) malah menjadikan kemerosotan harkat dan martabat wanita. Jangan sampai Kartini-Kartini kita tereksploitasi. Jangan sampai Kartini-Kartini Indonesia kehilangan akal sehatnya demi memenuhi ambisinya untuk bersaing dengan Pria. Demikian pula Kartono hentikan eksploitasimu terhadap para Kartini, mereka adalah makhluk yang penuh dengan kasih sayang, mereka adalah makhluk dengan penuh kelembutan hati.
Semoga hari Kartini tahun ini (21 April 2008) ini dapat membuka jendela cakrawala pemikiran kita tentang amat berharganya Kartini. Runtuhlah sudah bangsa kita kalau Kartini terus dieksploitasi. Akan usai sudah dunia ini tanpa Kartini.
Oh... ya... selamat berjuang para Kartini dan Kartono di SMA/ SMK/ MA besok tanggal 22 April 2008 untuk berjuang menghadapi Ujian Nasional. Jangan sampai Cita-cita Kartini 1 abad yang lalu runtuh gara-gara kemalasan Kartono dan Kartini sekarang.